Feature
Feature
Judul : Menyingkap Fenomena Alam Api
Abadi Mrapen
Permasalahan : Belum banyak yang mengetahui tentang asal usul Fenomena Alam
pada Objek Wisata Api Abadi Mrapen
Tujuan : 1. Mengungkap sejarah dari
fenomena alam yang ada di Objek Wisata Api Abadi Mrapen.
2.
Mengetahui objek-objek wisata yang ada di Mrapen serta keunikan-keunikan
didalamnya.
3.
Mengetahui sistem pengelolaan objek wisata dari awal pemerintahan Sultan
Trenggono hingga sekarang.
4.
Mengetahui peristiwa-peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Mrapen.
Tokoh : 1. Nimas : Pemeran.
2. Lia :
Pemeran.
3.
Pak Rubiatno :Salah satu juru kunci
Objek Wisata Api Abadi Mrapen.
Setting :
Tempat : Objek
Wisata Api Abadi Mrapen.
Waktu : Pagi hari.
Durasi :
20 Menit.
Sinopsis
Ketika
hendak berlibur ke Semarang, perjalanan dua orang kakak beradik yang bernama
Nimas dan Lia, tiba-tiba terhenti di depan salah satu situs wisata yang konon
katanya merupakan objek wisata bersejarah peninggalan Sunan Kalijaga. Objek
wisata tersebut bernama Api Abadi Mrapen. Karena merasa penasaran akan objek
wisata yang kini berada tepat di depan matanya, Nimas dan Lia memutuskan untuk
singgah sejenak dan melihat fenomena alam yang ada pada objek wisata tersebut.
Objek wisata
tersebut terletak di komplek wisata alam Mrapen, tepatnya di Desa Manggarmas,
Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 26 Km dari
kota Purwodadi. Letaknya yang berada di tepian jalan menuju Purwodadi –
Semarang membuat obyek wisata ini relatif mudah ditemukan.
Ketika
memasuki gapura obyek wisata Api Abadi Mrapen, mereka berdua disuguhi dengan
hamparan luas sawah yang menghijau di sepanjang jalan menuju lokasi. Sesampainya
disana mereka berdua di kenakan biaya tiket masuk sebesar tiga ribu rupiah. Setelah
itu, merekapun segera memarkirkan motornya di sebuah area terbuka yang cukup
luas untuk menampung kendaraan roda dua maupun empat. Ketika turun dari motor tentu
hal yang pertama kali dicari adalah dimana lokasi keberadaan api mrapen.
Sekilas mata memandang tidak ditemukan sama sekali kobaran api di area tersebut,
pada akhirnya mereka bertanya kepada seseorang. Mereka mencoba menghampiri seorang
bapak-bapak yang bernama Rubiatno. Kebetulan beliau merupakan salah satu juru
kunci objek wisata tersebut. Jadi mereka berdua akhirnya diajak berkeliling
untuk melihat objek demi objek yang ada di tempat wisata tersebut.
Dalam
perjalanannya Pak Rubiatno menceritakan sejarah objek wisata tersebut. Beliau
bercerita bahwa objek wisata yang kini bernama Api Abdi Mrapen, merupakan
peninggalan bersejarah dari Sunan Kalijaga. Beliau menuturkan bahwa dahulu
tempat tersebut pernah dijadikan tempat peristirahatan Sunan Kalijaga beserta
rombongannya saat melakukan perjalanan dan membawa benda-benda pusaka dari
kerajaan Majapahit menuju ke Demak Bintoro pasca runtuhnya kerajaan Majapahit
yang disebabkan karena serangan Prabu Girindrawardhana dari Keling Kediri.
Ketika
rombongan yang dipimpin oleh Sunan Kalijaga merasa lapar dan haus, beberapa
orang berusaha membuat masakan, namun karena bekal yang dibawa berupa bahan
makanan yang masih mentah dan tempat
tersebut jauh dari pemukiman maka disitu tak ada api dan air bersih yang akan
digunakan untuk memasak. Akhirnya Sunan Kalijaga dibantu beberapa orang sambil
berdo’a kepada Allah SWT agar mendapatkan api dan air untuk memasak. Setelah
selesai berdo’a Sunan Kalijaga berdiri sambil menancapkan tongkatnya ke tanah,
dan ketika dicabut keluarlah api dari tanah tersebut. Kemudian Sunan Kalijaga
berjalan agak ketimur beliau menancapkan tongkatnya lagi, ketika dicabut
menyemburlah air yang sangat jernih. Kemudian dipakailah api dan air tadi untuk
memasak.
Setelah
beberapa saat melepas lelah, makan dan minum, maka diputuskanlah untuk
melanjutkan perjalanan, namun Sunan Kalijaga memutuskan untuk meninggalkan
salah satu barang bawaannya berupa “Umpak” tiang kerajaan Majapahit (landasan
tiang) karena benda tersebut terlalu berat untuk dibawa. Benda tersebut
sekarang disebut “Batu Bobot”. Menurut penuturan Pak Rubiatno ditempat ini
dulunya juga pernah digunakan oleh salah satu pengikut Sunan Kalijaga yang
bernama Empu Supo yang diutus untuk membuat keris di tempat tersebut. Api yang
ada digunakan Empu Supo untuk membakar keris dan airnya digunakan untuk
menyepuh keris, dan semenjak saat itu air yang semula jernih menjadi keruh
kekuning-kuningan. Empu Supo dinikahkan dengan Dewi Rosowulan karena keberhasilannya
dalam menemukan Dewi Rosowulan yang pergi dari rumah akibat mencari Sunan Kalijaga
kakaknya yang diusir dari Kadipaten Tuban .
Setelah
melakukan perbincangan yang cukup panjang, maka sampailah Nimas dan Lia pada suatu
tempat yang ada setumpuk batu berwarna putih yang tersusun rapi membentuk
kerucut. Pak Rubiatno mengatakan bahwa inilah yang dinamakan Api Alam (Api
Abadi). Timbulnya api karena adanya gas yang keluar dari dalam tanah. Pusat
semburan gas berdiameter kurang lebih 1,5 meter. Dinamakan api Abadi bukan berarti
tidak pernah mati, melainkan Api tersebut “Diabadikan” sampai sekarang
(dirawat). Gas yang keluar hanya melalui pori-pori tanah, tidak ada lubang
besar (sumurnya). Api tersebut dulu memang besar, tetapi sejak tahun 1992 api
tersebut semakin kecil.
Dari
objek wisata Api Alam Nimas dan Lia beralih ke sebelah timur yaitu di sebuah
sendang yang berisi genangan air yang dulunya merupakan hasil cabutan dari
tongkat Sunan Kalijaga yang mengeluarkan air, letaknya kira-kira kurang lebih
25 meter disebelah timur api. Bentuknya menyerupai sumur dengan diameter 5
meter dan kedalaman sekitar 1,5 meter. Orang sekitar menyebutnya “Sendang
Dudo”. Air di sendang tersebut kelihatannya mendidih disebabkan karena ada gas
yang keluar dari dasar sumur. Sebagian masyarakat percaya bahwa air Sendang
Dudo tersebut mengandung belerang sehingga dapat dipergunakan untuk
menyembuhkan penyakit kulit.
Objek
terakhir yang dikunjungi oleh Nimas dan Lia yaitu Batu Bobot. Batu tersebut
mempunyai berat kurang lebih 20 kg. Tetapi batu tersebut mempunyai keanehan,
yaitu ketika diangkat kadang beratnya bisa lebih dari 20 kg, kadang juga bisa
kurang dari 20 kg. Karena keanehannya itulah banyak orang yang datang untuk
minta berkah yaitu dengan cara meramal nasib dengan cara mengangkat batu
tersebut. Saat ini batu tersebut kondisinya pecah karena pada jaman Belanda ada
yang memaksakan diri untuk mengangkatnya lalu dijatuhkan begitu saja.
Pada
waktu Sultan Trenggono memerintah kasultanan Demak, Mrapen sangatlah mendapat
perhatian karena pada saat itu Mrapen menjadi tempat pembuatan senjata
Kasultanan. Sehingga untuk menjaga kelestarian benda-benda yang ada, maka
ditugaskan seorang Demang yang bernama Ki Demang Singodirono untuk merawat dan
menjaga peninggalan Sunan Kalijaga. Sekaligus diberikan sebagai tanah perdikan
kepadanya. Kemudian perawatan Mrapen dilanjutkan kepada keturunannya. Sebelum
dikelola oleh Pemerintah Provinsi objek wisata tersebut merupakan milik
perorangan yang masih merupakan keturunan dari Ki Demang Singodirono. Orang
tersebut bernama Nyi Parminah. Mulai tahun 2000 setelah Nyi Parminah meninggal
yang mengelola dan merawat objek wisata Api Abadi Mrapen dan menjadi sebagai
juru kunci diteruskan oleh ke tujuh anaknya secara bergantian. Salah satu anak
dari Nyi Parminah adalah Bapak Rubiatno.
Sejak
tahun 2012 objek wisata Api Abadi Mrapen sudah menjadi milik Pemeritah Provinsi
dan saat ini sedang dalam tahap renovasi dibawah tanggung jawab Dispora (Dinas
Pemuda dan Olahraga). Ada banyak pesta olahraga bertaraf nasional hingga
internasional yang mengambil api untuk nyala obornya dari Mrapen. Sebut saja
pesta olahraga internasional Ganefo I pada tahun 1963, kemudian Pekan Olahraga Nasional
( PON ) sejak PON X tahun 1981 hingga sekarang, serta obor untuk upacara
Hari Raya Waisak di Candi Borobudur. Tak heran dalam waktu dekat akan
diresmikan sebuah Museum Olahraga yang dibangun di belakang sebuah kolam
air panas yang dipercaya menyembuhkan penyakit tersebut. Setelah puas
berjalan-jalan dikawasan objek wisata Api Abadi Mrapen Nimas dan Lia pamit
kepada Pak Rubianto dan berterimakasih banyak atas informasi yang telah diberikan.
Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan dari Api Abadi Mrapen menuju ke
Semarang.
Treatment
- Adegan 1
[musik
Adventure dan fx suara kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di jalan]
Narator
membacakan narasi untuk permulaan cerita, dimulai dari penokohan, lokasi, dan
perjalanan yang akan mereka berdua lakukan. Dimulai dengan perjalanan Nimas dan
kakaknya yang bernama Lia ketika hendak berlibur di Semarang. Saat berjalan
tiba-tiba perjalanan mereka terhenti ketika melihat sebuah gapura tempat wisata
Api abadi Mrapen
- Adegan 2
[musik
dan fx suara angin dan suasana pedesaan]
Nimas
dan Lia berjalan menuju gapura yang mereka lihat. Setelah melewati gapura, sepanjang
perjalanan ke tempat wisata mereka disuguhi dengan hamparan sawah yang
membentang disepanjang jalan .
- Adegan 3
Nimas
dan kakaknya membeli tiket masuk wisata, dan bertemu dengan Pak Rubiatno.
Setelah memperkenalkan diri, mereka berdua mulai menjelaskan tujuan mereka
datang ke tempat wisata tersebut. Pak Rubiatno bersama mereka memulai
perjalanan menuju tempat wisata tersebut.
- Adegan 4
[musik
jawa dan fx]
Dalam
perjalanan mereka bertiga mendapat penjelasan mengenai sejarah objek wisata Api
Abadi Mrapen tersebut.
- Adegan 5
[musik
jawa dan fx suara gamelan]
Saat
sampai di objek wisata yang pertama, mereka ditunjukkan dengan peninggalan
Sunan Kalijaga yang pertama di Mrapen yaitu Api Alam (Api Abadi) dan
diberitahukan tentang keunikan-keunikan yang terdapat didalamnya.
- Adegan 6
[musik
jawa dan fx suara gamelan]
Perjalanan
mereka berlanjut dengan mengunjungi objek wisata yang kedua yaitu Sebuah
sendang yang diberi nama Sendang Dudo.
- Adegan 7
[musik
jawa dan fx suara gamelan]
Perjalanan
selanjutnya, mereka ditunjukkan dengan situs peninggalan bersejarah dari Sunan
Kalijaga berupa Batu Bobot yang kini sering didatangi orang-orang karena batu
tersebut dipercara oleh orang-orang dapat meramal nasib. Untuk itulah batu
tersebut sering didatangi oleh peziarah dari berbagai penjuru kota.
-
Adegan 8
[musik
adventure dan fx suara keramaian]
Di
akhir perjalanan Nimas dan Lia diberitahukan mengenai peristiwa-peristiwa
bersejarah yang pernah terjadi di Objek Wisata Api Abadi Mrapen tersebut. Mulai
dari upacara pengambilan api Ganefo I, api PON, sampai dengan pengambilan api
untuk upacara Waisak di Candi Borobudur.
-
Adegan 9
[musik
dan fx suara keramaian pengunjung]
Sebelum
berpamitan Nimas dan Lia diberitahukan tentang pengelolaan objek wisata mulai
dari sejak pemerintahan Sultan Trenggono hingga sekarang. Kemudian setelah
mendapatkan informasi dari Pak Rubiatno, Nimas dan Lia mengucapkan terima kasih
kemudian petualangan di Mrapen diakhiri dengan berpamitan dengan Pak Rubiatno
untuk kemudian melakukan perjalan liburan selanjutnya di kota Semarang.
-
Adegan 10
[musik
Adventure dan fx suara kendaraan bermotor dan angin yang semilir]
Nimas
dan Lia pergi meninggalkan Mrapen dengan perasaan kagum dan kemudian
melanjutkan perjalanan ke Semarang menggunakan kendaraan roda dua.
- Adegan 11
[musik
dan fx]
Narator
menyimpulkan dan menutup dengan menyampaikan pesan untuk tetap menjaga situs
peninggalan sejarah dari Sunan Kalijaga.
Naskah Feature
Musik
: ........................................... PEMBUKA ................................................
Narator :
Selamat pagi saudara pendengar, libur akhir pekan kini telah tiba, untuk
melepas penat selama megikuti aktifitas perkuliahan sehari-hari. Nimas
memutuskan untuk mengajak kakaknya yang bernama Lia untuk berlibur ke Semarang
dan mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di sana. Perjalanan dua orang
kakak beradik ini berangkat dari kediamannya yang berada di wilayah Purwodadi
Grobogan menuju Semarang. Ditengah-tengah perjalanan langkah mereka terhenti
ketika melihat sebuah Objek Wisata Api Abadi Mrapen yang terletak di desa
Manggarmas Kecamatan Godong kabupaten Grobogan. Karena mereka berdua merasa
penasaran akan objek wisata tersebut, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk
mampir ke objek wisata tersebut karena mereka pernah mendengar bahwa di situ
terdapat beberapa peninggalan-peninggalan bersejarah dari Sunan Kalijaga. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang perjalanan mereka berdua mari kita simak
percakapan berikut ini.
Musik :
...........................................ADVENTURE..................................................
Fx :
Suara kendaraan bermotor yang berlalu lalang.
Nimas :
Kak, kak lihat deh bukankan itu tempat wisata Api Abadi Mrapen yang konon
katanya banyak terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah dari Sunan Kalijaga
kan? Mampir yuk....
Lia :
Mana dek?? (Sambil menghentikan motornya).
Nimas :
Itu kak di depan sana, lihat tuh tulisannya terpampang nyata. Gede banget.
Lia :
Oh iya dek, yuk kita coba kesana.
Fx :
Suara pedesaan saat memasuki objek wisata Mrapen
Nimas :
Loh kak katanya Api Abadi mana apinya?
Lia :
Iya ya dek, mana ya?? Kok nggak ada? Coba deh kita tanya sama bapak-bapak yang
ada disana itu.
Nimas :
Iya kak yuk... (berjalan sambil menggeret tangan kakaknya).
Lia :
Permisi bapak, selamat siang, nama saya Lia dan ini adik saya Nimas, maksud
kedatangan kami kesini kami ingin mengetahui tentang peninggalan-peninggalan
sejarah dari Sunan Kalijaga yang salah satunya adalah Api Abadi Mrapen. Tapi
sejauh ini kami kok belum menemukan api itu ya pak?
Pak Rubianto : Begini mbak nama saya Rubianto kebetulan saya adalah salah
satu juru kunci disini, kalo mbak mau saya akan memandu mbak Nimas dan mbak Lia
untuk mengetahui lebih dalam mengenai objek wisata ini. Bagaimana?
Nimas :
Oh, kebetulan sekali pak, kalau boleh saya tahu sejarah awal mula terjadinya
mrapen itu sendiri seperti apa sih pak?
Pak Rubianto : Begini mbak, untuk sejarah lengkapnya, Mbak Nimas bisa baca
sendiri di buku sejarah Mrapen yang kebetulan dijual disini, tapi kalau untuk
sejarah singkatnya mengapa disebut Mrapen, itu karena dulunya tempat ini
merupakan sebuah pedukuhan yang bernama Mrapen. Luasnya kurang lebih 8600 m2.
Diatas tanah milik Nyonya Parminah. Letaknya di pinggir jalan raya
Semarang-Purwodadi di desa Manggarmas Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan.
Ditemukan pertama kali oleh Sunan Kalijaga ketika beliau bersama rombongan
melakukan perjalanan dari Majapahit membawa benda-benda pusaka dari Kerajaan
Majapahit dibawa ke Demak.
Lia :
Ohhh, seperti itu, lalu selanjutnya bagaimana pak?
Pak Rubiatno : Ketika rombongan merasa kelelahan mereka memutuskan untuk
beristirahat disini. Mereka merasa kehausan dan kelaparan, namun karena bekal
yang dibawa merupakan bahan makanan yang masih mentah, mereka kesulitan untuk
memasakknya karena saat itu mereka berada di tempat yang jauh dari pemukiman
penduduk. Akhirnya Sunan Kalijaga dibantu dengan beberapa orang sambil berdo’a
dan memohon kepada Allah SWT agar mendapatkan air dan api untuk memasak.
Setelah selesai berdo’a Sunan Kalijaga berdiri sambil menancapkan tongkatnya ke
tanah, ketika dicabut keluarlah api dari tanah tersebut. Kemudian beliau
berjalan agak ketimur dan menancapkan kembali tongkatnya maka keluarlah api.
Api dan air tersebut kemudian digunakan untuk memasak.Setelah beberapa saat
Sunan Kalijaga melepas lelah, makan, dan minum, maka diputuskanlah untuk
melanjutkan perjalanan. Pada saat akan berangkat salah satu pembawa benda
kerajaan mengeluh bahwa barang bawaannya yang berupa “Umpak” terlalu berat. Akhirnya
Sunan Kalijaga memerintahkan untuk meninggalkan umpak tersebut disini.
Nimas :
Lalu untuk cerita tentang Dewi Rosowulan dan Empu Supo itu gimana ya Pak?
Pak Rubiatno : Kalau cerita itu begini mbak kronologisnya, setelah
melanjutkan perjalanan dari Mrapen ke Demak, selang beberapa hari kemudian
Sunan Kalijaga teringat pada adiknya yang ikut pergi dari rumahnya untuk
mencari Sunan Kalijaga yang waktu itu diusir oleh ayahnya. Lalu kemudian Sunan
Kalijaga mengutus Empu Supo untuk mencari Dewi Rosowulan. Karena
keberhasilannya mememukan Dewi Rosowulan akhirnya Empu Supo dinikahkan dengan
Dewi Rosowulan namun dengan syarat Empu supo harus membuat keris terlebih
dahulu yang harus dibuat di Mrapen ini. Kemudian karena keris yang dibuat Empu
Supo dianggap ampuh maka sejak saat itu Empu supo diberi tugas oleh Sultan Demak untuk
membuat pusaka kerajaan dan Mrapen dijadikan tempat (pusat) pembuatan senjata
kerajaan tersebut.
Lia :
Biisakah bapak menunjukkan kepada kami objek apa saja yang ada di tempat wisata
ini?
Pak Rubiatno : Oh, tentu saja boleh mbak, mari ikuti saya.
Musik :
.......................................... MUSIK JAWA
................................
Fx :
Suara gamelan
Pak Rubiatno : Nah saat ini kita sudah sampai di objek wisata yang pertama
nih mbak, ini namanya Api Alam (Api Abadi). Dinamakan Api Abadi bukan berarti
tidak pernah mati, tetapi api tersebut “diabadikan” sampai sekarang (dirawat).
Nimas :
Tapi pak, kok apinya enggak kelihatan ya pak?
Pak Rubiatno : Iya mbak, sebenarnya api ini dulunya besar namun sejak tahun
1992 apinya semakin kecil. Tapi kalo semisal diberi kertas atau tumpukan daun
kering, nyala apinya akan kelihatan kok mbak.
Lia :
Kira-kira yang menyebabkan nyala apinya kecil kenapa ya pak?
Pak Rubiatno : Kemungkinan penyebab mengecilnya api salah satunya di
karenakan tetutupnya pori-pori gas oleh lapisan tanah, sehingga gas kurang
lancar. Akibatnya nyala api mengecil dan hampir tidak kelihatan.
Nimas :
Ohhh jadi begitu ya pak.
Pak Rubiatno : Iya mbak kurang lebih seperti itu, yuk kita lanjut jalan ke
objek wisata yang selanjutnya. Nah, kita sudah sampai disini. Ini namanya
Sendang Dudo, orang-orang biasa menyebutnya demikian. Air yang ada di sendang
ini kelihatan mendidih disebabkan karena adanya gas yang keluar dari dasar sumur.
Meskipun kelihatannya keruh, namun sebagian masyarakat percaya bahwa air Sendang
Dudo ini mengandung belerang sehingga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit
kulit.
Lia :
Jadi begitu ya pak, lalu bagunan tetutup yang ada disana itu apa ya pak?
Pak Rubiatno : Oh, Itu adalah tempat untuk menyimpan watu bobot mbak,
sebagian orang percaya bahwa batu tersebut dapat meramal nasib seseorang dengan
cara mengangkat batu tersebut. Oleh karena itu batu ini sering didatangi
pengunjung dari berbagai penjuru daerah untuk berziarah.
Nimas :
Untuk waktu berziarah itu sendiri ada hari-hari khususnya nggak pak?
Pak Rubiatno : Untuk ziarah, sebenarnya tidak ada waktu khusus, setiap hari
banyak pengunjung yang berziarah, namun biasanya paling banyak itu, pengunjung
datang pada hari Kamis Wage atau Jum’at Kliwon.
Lia :
Begini pak untuk acara-acara atau peristiwa bersejarah yang sering dilaksanakan
disini itu apa saja ya pak?
Pak Rubiano : Kebetulan tempat ini
sering digunakan untuk upacara pengambilan api Ganefo pada tahun 1963. Selain
itu Mrapen juga sering digunakan untuk upacara pengambilan api PON dan
pengambilan api untuk upacara Waisak di Candi Borobudur.
Nimas :
Pengelolaan objek wista ini itu sendiri seperti apa ya pak? Apakah dikelola
pemerintah atau bagaimana?
Pak Rubiatno : Jadi begini mbak, Pada waktu pemerintahan Sultan Trenggono,
beliau memerintahkan seorang Demang yang Bernama Ki Demang Singodirono untuk
menjaga kelestarian benda-benda yang ada di sini. Kemudian perawatan Mrapen
dilanjutkan keturunannya sampai sekarang. Mulai tahun 2000 perawatan Mrapen di
jalankan oleh ke tujuh anak dari Nyi Parminah yang juga merupakan salah satu
keturunan dari Ki Demang Singodirono yang dikelola secara bergiliran, namun
setelah di beli oleh Pemerintah Provinsi Jateng. Maka sejak saat itu dikeloa pemerintah
dibawah pimpinan Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) yang saat ini sedang dalam
tahap renovasi. Bagaimana mbak sejauh ini sudah cukup jelas kah?
Lia :
Iya pak jelas, kalau begitu kami pamit undur diri untuk melakukan perjalanan
selanjutnya ya pak? Terima kasih banyak atas informasi yang bapak berikan.
Pak Rubiatno : Iya mbak sama-sama.
Musik :
..........................................SELINGAN.........................................................
Narator :
Demikian percakapan
antara dua orang kakak beradik yang
bernama Nimas dan Lia dengan Bapak Rubiatno selaku juru kunci objek wisata Api
Abadi Mrapen. Mereka membicarakan sejarah tentang Mrapen dan Mencoba mengungkap
fenomena- fenomena yang terjadi di Objek Wisata tersebut, agar lebih diketahui
oleh khalayak luas. Saudara pendengar, sekian informasi yang dapat saya
sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan sampai jumpa.
Musik :
..............................................PENUTUP.....................................................
Terimakasih, postingannya sangat membantu untuk menjadi referensi tugas saya :)
ReplyDeleteSama-sama kak :)
Delete