Filsafat Humanisme
Sejarah
Perkembangan Filsafat Humanisme
Sejarah
perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri pada masa klasik
barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat aliran filsafat
pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan
pemikiran filsafat klasik yunani.
Aliran
psikologi humanis itu muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun
1950-an dan 1960-an. Dimana perkembangan peradapan baru itu dikenal dengan nama
renaisans yang terjadi pada abad 16. zaman renaisans dikenal dengan sebutan
jaman kebangkitan kembali. Selain itu juga dikenal dengan nama jaman pemikiran
(age of reason), perkembangan filsafat, ilmu, dan kemanusiaan mengalami
kebangkitan setelah lama di kungkung oleh kekerasan dogma-dogma agama. (cooper
dalam Hanurawan, 2006).
Humanisme
sebagai suatu gerakan filsafat dan geerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu
reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Terjadi dalam dunia
Eropa sebagai akibat langsung dari kekuasaan para pemimpin agama yang merasa
menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma
agam yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Dalam
kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia dengan segenap
kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan kehidupan ini
secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada abad 18. periode perkembangan ini dimasukan kedalam
masa penceraha (aufklarung). Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu.
Tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai
metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan.
Pada abad 20
terjadi perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme
kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi
kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada
dalam diri manusia di era modern. Perkembangan lebih lanjut dari filsafat
humanis ini adalah berkenaan dengan peran dan kontribusi filsafat
eksistensialisme yang cukup memberikan kontribusi dalam filsafat pendidikan
humanistic.
Pemikiran
filsafat eksistensialisme menyebutkan bahwa:
1. mannusia memilki keberadaan
yang unik dalam dirinya berbeda antara mannusia satu dengan manusia lain. Dalam
hal ini telaah tentang manusia diarahkan pada individualitas manusia sebagai
unit analisisnya.
2. Eksistensialis lebih
memperhatiakn pemahaman makna dan tujuan hidup manusia ketimbang melakukan
pemahaman terhadap kajian-kajian ilmiah, dan metafisika tentang alam semesta.
3. Kebebasan individu sebagai
milik manusia adalah sesuatu yang paling utama dan paling unik, karena setiap
individu memilki kebebasan untuk memilki sikap hidup, tujuan hidup dan cara
hidup sendiri (Stevenson dalam Hanurawan,2006)
Aliran
filsafat eksistensialis ini kemudian dikembangkan dalam dunia pendidikan karena
fungsi pendidikan adalah memberikan proses perkembangan manusia secara otentik.
Manusia otentik adalah manusia yang dalam kepribadian diri memilki tanggung
jawab dan kesadaran diri untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup dalam alam
hidup modern
Kedua aliran
tersebut memberikan perkembangan pada aliran filsafat pendidikan humanisme. Hal
ini dapat ditunjukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologis
peserta didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic
setiap individu.Aliran psikologi humanistic memiliki pandangan tentang manusia
yang memilki keunikan tersendiri, memilki potensi yang perlu diaktualisasikan
dan memilki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dalam dirinya. Individu
manusia yang telah bersasal dari dirinya (Hanurawan,2006)
Epistimologi
Filsafat Humanisme
Humanisme sebagai sebuah aliran kefilsafatan yang
menempatkan “kebebasan” manusia, baik berfikir, bertindak dan bekerja, sebagai
segalah-galanya, berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya bangunan
peradaban modern dan yang lainnya. Epistimologi himuanisme bersandar
diri pada kemampuan rasionalitas manusia dengan segala otoritasnya, terutama
pada abad modern ini.
Kerja dari humanisme ini adalah mencoba
menanusiakan manusia (humanisasi) sebagai manusia, yang selama ini menusia
tidak lebih dipahami sebagai seonggok ‘objek’ atau minimal benda tanpa
mempunyai kekuatan dan kemampuan apa-apa melalui relitas.
Dalam kamus filsafatnya, Lorens Bagus, berpendapat
bahwa humanisme merupakan sebuah filsafat yang memandang individu
rasional sebagai nilai tertinggi, menilai individu sebagai sumber nilai
tertinggi dan ditujukan untuk membina perkembangan kretif dan moral
individudengan cara yang bermakna dan rasional tanpa menunjukkan pada
konsep-konsep adikodrati. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sebagai individu
yang rasional dan digunakan untuk memahami realitas.
Zainal Abidin memberikan penjelasan bahwa humanisme
akan mudah dipahami bila kita meninjau dari dua sisi, yakni sisi historis
dan sisi aliran-aliran dalam filsafat. Dari sisi historis, humanisme
berarti suatu gerakan intelektual dan kesusteraan yang awalnya muncul di Itali
pada paruh kedua abad ke-14, gerakan ini boleh dikatakan sebagai motor
penggerak kebudayaan modern, khususnya Eropa. Sedangkan dari sisi aliran
filsafat adalah sebagai paham yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat
manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sangat tinggi,
sentral dan penting, baik dalam perenungan teoretis-filsafati maupun dalam
praktis kehidupan sehari-hari. Kedua sisi ini merupakan dasar otonomisasi
manusia sebagai ukuran setiap penilaian dan refrensi utama dari setiap kejadian
alam semesta. Di mana manusia merupakan pusat dari realitas.
Sehingga secara historis munculnya humanisme
sebagai gerakan pemikiran bersumber pada keinginan manusia untuk mengembalikan
fitrah dasar kemanusiaan, sebagai makhluk yang otonom dengan kemampuan
rasionalitasnya dan kemerdekaan berfikirnya, gerakan ini bisa jadi juga lahir
sebuah semangat perlawanan setiap kekuatan yang “memasung” kemampuan dasar
alami manusia. Yang pada saranya lahir untuk memanusiakan manusia sebagai objek
dengan kesadarannya bukan sebagai objek tanpa kesadaran.
Frederick Edword, mengemukakan beberapa pengertian humanisme
yaitu sebagai berikut :
1. Humanisme
Renaissance, sebagai semangat belajar yang mulai berkembang pada
khir abad pertengahan, ditandai dengan bangkitnya kembali karya-karya klasik
dan keyakinan yang diperbaharui atas kemampuan manusia untuk menentukan
kebenaran dan kepalsuan bagi diri mereka sendiri.
2. Humanisme
Literer, yaitu penyerahan kepada budaya humanitas atau literer
3. Humanisme Cultur,
adalah budaya rasional dan empiris, khususnya yang berasal dari Romawi
dan Yunani Kuno dan Revolusi sepanjang sejarah Eropa, sekarang ini menjadi
bagian yang medasar dari pendekatan Barat terhadap ilmu pengetahuan, teori
politik, etika dan hukum
4. Humanisme
Filsufi, yaitu pengekspresian cara hidup yang dipusatkan pada kebutuhan dan minat
manusia, yang meliputi humanisme kristiani dan humanisme modern.
5. Humanisme
Kristiani, yaitu filsafat yang menekankan pemenuhan diri dalam rangka
prinsip-prinsip kristiani.
6. Humanisme
Modern, yaitu sebuah pemikiran filsafat yang menolak hal-hal supranatural,
ia bersandar pada kemampuan akal dan ilmu pengetahuan, demokrasi dan kasih
sayang manusia. Humanisme ini mempunyai sifat sekuler dan religius.
7. Humanisme
Sekuler, adalah perkambangan lanjutan dari era pencerahan adab ke-18 dan abad
ke-19
8. Humanisme
Raligius, sebagai humanisme yang muncul dari budaya etis, utilitarianisme
dan universalisme.
Konsep
Pemikiran Filsafat Psikologi Humanistik
Konsep
pemikiran filsafat psikologi humanistic yang dikemukakan oleh filsuf humanis
meliputi pandangan tentang hakeket manusia, pandangan tentang kebebasan dan
otonomi
manusia, konsep diri (self
concept), dan diri individu serta aktualisasi diri (Hanurawan,2006). Konsep
pemikiran tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1.Pandangan
tentang hakekat manusia
Hakekat
manusia dalam pandangan filosuf humanistic adalah manusia memilki hakekat
kebaikan dalam dirinya. Dalam hal ini apabila manusia berada dalam lingkungan
yang kondusif bagi perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan
untuk berkembang maka mereka akan mampu untuk mengaktualisasikan atau
merealisasikan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
lingkungan masyarakat pada umumnya (Hanurawan,2006).
2. Pandangan
tentang kebebasan dan otonomi manusia
Penganut
aliran humanistic memberikan pandangan bahwa setiap manusia memilki kebebasan
dan otonomi memberikan konsekuensi langsung pada pandangan terhadap
individualitas manusia dan potensialitas manusia. Individualitas manusia yang
unik dalam diri setiap pribadi harus dihormati. Berdasarkan pandangan ini,
salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang perlu dilakukan dalam
proses pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal adalah pemberian
kesempatan kepada berkembangnya aspek-aspek yang ada dalam diri individu.
3.
Pandangan tentang diri (the self) dan konsep diri (self concept)
Diri (the
self) menurut penganut filsafat humanis merupakan pusat kepribadian yang
pengembangannya dapat dipenuhi melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang
dimiliki seseorang. Diri (the self) yang ada dalam diri seseorang digambarkan
sebagai jumlah keseluruhan yang utuh dalam diri individu yang dapat membedakan
diri seseorang dengan orang lain. (Ellias dan Meriam dalam Hanurawan, 2006).
Dalam diri
(the self) seseorang terdapat perasaa, sikap, kecerdasan, intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik.Sedangkan
konsep diri (self concept) menurut Kendler dalam Hanurawan 2006 merupakan
keseluruhan presepsi dan penilaian subyektif yang memiliki fungsi menentukan
tingkah laku dan memiliki pengaruh yang cukup besar untuk tumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan perkembangan individu merupakan potensialitas individu
untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kemampuan manusia
menghadirkan diri secara nyata (menurut maslow dalam Hanurawan 2006).
Aktualisasi diri terwujud dalam diri manusia untuk memperoleh
pemenuhan diri (self fulfillment) sesuai dengan potensi-potensi yang
dimilikinya. Dengan aktualisasi diri, manusia mampu mengembang keunukan
kemanusiaannya guna meningkat kualitas kehidupan serta dapat mengubah situasi
kea rah yang lebih baik.
Implikasi
Pendidikan Psikologi Humanis dalam Proses Pendidikan
Pandangan
utama aliran filosofis pendidikan humanistic adalah proses pendidikan berpusat
pada subyek didik. Roger dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) berpendapat belajar
akan optimal apabila siswa terlibat secara penuh dan sungguh serta
berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar. Proses pendidikan
berpusat pada subyek didik, dalam hal ini peran guru dalam proses pendidikan
sebagai fasiltator dan proses pembelajaran dalam kontek proses penemuan yang
bersifat mandiri (Hanurawan,2006). Searah dengan pandangan tersebut maka
hakekat pendidik adalah fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Untuk itu seorang pendidik harus mampu membangun suasana belajar
yang kondusif untuk belajar mandiri. Proses belajar hendaknya merupakan
kegiatan untuk mengeksploitasi diri yang memungkinkan pengembangan keterlibatan
secara aktif subyek didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar.
Berdasarkan
hal tersebut diatas maka system belajar yang cocok untuk pendidikan humanis ini
adalah Enquiry Discovery yakni belajar penyelidikan dan penemuan. Dalam proses
belajar mengajar system Enquiry Discovery ini guru tidak akan menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagian,
selebihnya siswa yang mencari atau menemukan sendiri.
Adapun tahapan dalam prosedur
Enquiry Discovery adalah:
1. Stimulation (stimulasi/ pemberi rangsangan), yakni memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, aktifitas belajar lainnya
yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem statement (pernyataan / identifikasi masalah), yakni memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian dipilih
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Data collection (pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepad para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
4. Data prosesing (pengolahan data), yakni mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sabagainya
lalu ditafsirkan.
5. Verification (pentahkikan), yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dihubungkan
dengan data prosesing.
6. Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum.( Syah,
Muhibbin,2004)
Melalui
pembelajaran Enquiry Discovery / penemuan menurut Hanurawan (2006) akan dapat
membawa pengalaman pada diri pembelajar dalam mengidentifikasi, memahami
masalah-masalah yang dihadapi sehingga menemukan sesuatu pengetahuan yang
bermakna bagi dirinya.
Seperti
telah dikemukakan diatas, dalam proses pembelajaran dengan enqiry discovery ini
guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Hanurawan (2006) fungsi tugas
kefasilitatoran guru dalam KBM harus dapat menumbuhkan keyakinan dalam diri
pebelajar dalam kegiatan yang dilakukan. Yang berarti guru harus dapat
menstimulus pebelajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan kontek pembelajaran humanistic menurut Maslow bahwa guru
adalah pembantu sekaligus mitra dalam melakukan aktualisasi diri.
Peran guru
sebagai fasilitator menurut Abu dan Supriono,W (2004) dapat diwujudkan dengan
memperhatiakan penciptaan suasana awal, situasi kelompok atau pengalaman kelas,
memperjelas tujuan di dalam kelas. Menyediakan sumber-sumber belajar untuk
dimanfaatkan pebelajar dalam rangka mencapai tujuannya, dan mengambil prakarsa
untuk ikut dalam kelompok kelas.
Hal-hal penting yang harus
diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut pandangan psikologi humanistic
yaitu:
1. Setiap individu mempunyai
kemampuan bawaan untuk belajar.
2. Belajar akan bermanfaat bila
siswa menyadari manfaatnya.
3. Belajar akan berarti bila
dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba sendiri.
4. Belajar dengan prakarasa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat
berlangsung lama.
5. Kreatifitas dan kepercayaan
dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan.
6. Belajar akan berhasil bila
siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap kegiatan
belajar.
JTV Casino Promo Codes - November 2021 - JamBase
ReplyDeleteNew players can claim their exclusive free play casino 출장안마 bonus 시흥 출장샵 by joining JTV Casino. This no deposit bonus 포항 출장마사지 is 서귀포 출장샵 valid 시흥 출장샵 for new players only. JTV casino promotions